PERBEDAANKANDUNGAN BAHAN ORGANIK Munifaul Izzati, 1-6 1 PERBEDAAN KANDUNGAN BAHAN ORGANIK PADA TAHAH PASIR DAN TANAH LIAT SETELAH PENAMBAHAN PEMBENAH TANAH DARI BAHAN DASAR TUMBUHAN AKUATIK Munifatul Izzati Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang
ACARA VI BAHAN ORGANIK TANAH ABSTRAKSI Praktikum Bahan Organik Tanah dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 April 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan Organik merupakan bahan didalam atau permukaan yang berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang mengalami proses dekomposisi. Unsur yang diperlukan tanaman adalah unsur C dan N. Tujuan dari praktikum ini adalah menetapkan kadar C-organik tanah dan kadar bahan organik tanah. Adapun bahan yang digunakan adalah 5 jenis tanah kering udara Φ 0,5 mm Entisol, Ultisol, Rendzina, Alfisol, dan Vertisol, larutan K2Cr2O7, H2SO4 pekat, FeSO4 dan indikator difenilamin serta air aquadest. Sedangkan alat-alat yang digunakan antara lain labu takar 50 ml, pipet volume, gelas ukur, buret, labu erlenmeyer. Pada percobaan ini digunakan metode Walkley and Black untuk menentukan kadar organik tanah. Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh nilai kadar bahan organik untuk Vertisol 2,103%, Entisol 1,509%, Rendzina 6,360%, Alfisol 1,917%, dan Ultisol 0,908%. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, tipe penggunaan lahan, relief, land form, aktivitas adalah salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik. Metode yang digunakan dalam praktikun ini adalah metode Walkey and Black yang menggunakan tahapan antara arti nyata kandungan bahan organik yang ditentukan oleh besarnya C-organik hasil titrasi yang kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu. Mempelajari masalah bahan organik adalah untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung dalam memahami perilaku tanah. Hampir semua makhluk hidup yang ditemui bergantung pada bahan organik untuk energi dan makanannya. Bahan organik tanah berpengaruh penting dalam sifat fisika dan biologi tanah sehingga akan berpengaruh pula pada pertumbuhan tanaman. Pengaruh langsung bahan organik tanah yang sifatnya positif terhadap pertumbuhan tanaman terjadi melalui produk pengurainya yang berupa asam-asam organik. Terkait dengan sifat biologi tanah, bahan organik sangat nyata mempengaruhi kegiatan mikroflora dan mikrofauna tanah melalui perannya sebagai penyedia C dan substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus. B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan kadar C-organik tanah dan kadar tiap jenis tanah. II. TINJAUAN PUSTAKA Bahan Organik merupakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui, di daur ulang, dirombak oleh bakteri-bakteri tanah menjadi unsur yang dapat digunakan oleh tanaman tanpa mencemari tanah dan air. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan organik demikian berada dalam pelapukan aktif dan menjadi mangsa serangan jasad mikro. Sebagai akibatnya bahan tersebut berubah terus dan tidak mantap sehingga harus selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang Utami dan Handayani, 2004. Sumber primer bahan organik adalah jaringan tanaman berupa akar, dan buah. Bahan organik dihasilkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis sehingga unsur karbon merupakan penyusun utama dari bahan organik tersebut. Unsur karbon ini berada dalam bentuk senyawa-senyawa polisakarida seperti selulosa, hemi-selulosa, pati dan bahan-bahan pectin dan lignin. Selain itu nitrogen merupakan unsur yang paling banyak terakumulasi dalam bahan organik karena merupakan unsur yang paling penting dalam mikroba yang terlibat dalam proses perombakan bahan organik tanah. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan terangkul ke lapisan bawah Sutanto, 2002. Humus merupakan salah satu bentuk bahan organik. Jaringan asli berupa tubuh tumbuhan atau hewan baru yang belum lapuk. Terus menerus mengalami serangan jasad-jasad mikro yang menggunakannya sebagai sumber energinya dan bahan bangunan tubuhnya. Hasil pelapukan bahan asli yang dilakukan oleh jasad mikro disebut humus Balasubramian, 2005. Humus merupakan bentuk bahan organik yang lebih stabil. Dalam bentuk inilah bahan organik banyak berakumulasi dalam tanah. Humus memiliki kontribusi terbesar terhadap durabilitas dan kesuburan yang aktif dan bersifat/menyerupai liat, yaitu bermuatan negatife Djuanda, 2004. Nisbah C/N berguna sebagai penanda kemudahan perombakan bahan organik dan kegiatan jasad renik tanah akan tetapi apabila nisbah C/N terlalu lebar, berarti ketersediaan C sebagai sumber energi berlebihan menurut bandingannya dengan ketersediaanya N bagi pembentukan mikroba. Kegiatan jasad renik akanterhambat Priambada et al., 2005. Karbon diperlukan mikroorganisme sebagai sumber energi dan nitrogen diperlukan untuk membentuk protein. Apabila ketersediaan karbon terbatas nisbah C/N terlalu rendah tidak cukup senyawa sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme untuk mengikat seluruh nitrogen ketersediaan karbon berlebihan C/N > 40 jumlah nitrogen sangat terbatas sehingga menjadi faktor pembatas pertumbuhan organisme Wallace and Teny, 2000. Pengaruh bahan organik pada ciri fisika, kimia, dan biologi tanah adalah sebagai berikut 1 Faktor bahan organik pada ciri fisika tanah. Kemampuan menahan air meningkat. Warna tanah menjadi coklat hingga hitam. Merangsang granulasi agregat dan memantapkannya. Menurunkan plastisitas, kohesi, dan sifat buruk lainnya dari liat 2 Pengaruh bahan organik pada kimia tanah Meningkatkan daya jerap dan kapasitas tukar kation. Kation yang mudah dipertukarkan meningkat. Unsure N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikro organisme,sehingga terhindar dari pencucian, kemudian tersedia kembali. 3 Pengaruh bahan organik pada biologi tanah Jumlah dan aktifitas metabolik organisme tanah meningkat. Kegiatan jasad mikro dalam membantu dekomposisi bahan organik juga meningkat Six 2005. III. METODOLOGI Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah Acara VI Bahan Organik Tanah ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 April 2011 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah contoh tanah kering vertisol, ultisol, alfisol, rendzina, entisol Φ 0,5 mm. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah labu takar 50 ml, pipet volume 10 ml, gelas ukur 10 ml, labu erlenmeyer 50 ml dan buret. Adapun khemikalia yang digunakan antara lain K2Cr2O7 1N, H2SO4 pekat, FeSO4 1N dan indikator difenilamin. Langkah kerjanya, pertama-tama contoh tanah kering udara seberat a gram misal 1 gram ditimbang. Kemudian dimasukkan kedalam labu takar 50 ml dan ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dengan pipet volume 10 ml. Selanjutnya ditambahkan 10 ml H2SO4 pekat dengan gelas ukur lewat dinding kaca secara perlahan-lahan. Langkah selanjutnya larutan tersebut digojok dengan gerakan mendatar dan memutar, warna harus tetap merah jingga. Apabila warna berubah menjadi hijau ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dan 10 ml H2SO4 pekat volume penambahan ini dicatat. Kemudian dibiarkan selama 30 menit agar larutan menjadi dingin, selanjutnya ditambahkan 2-3 tetes indikator ditambahkan air aquadest hingga volume 50 ml tepat dengan menggunakan botol pancar. Selanjutnya labu takar disumbat dengan plastik dan digojok sampai homogen kemudian dibiarkan sampai mengendap. Langkah selanjutnya diambil 5 ml larutan yang jernih dengan pipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 50 ml. Kemudian ditambahkan 15 ml air aquadest, selanjutnya dititrasi dengan FeSO4 1N hingga warna menjadi kehijauan volumenya dicatat diulangi langkah tersebut untuk keperluan blanko tanpa tanah cukup 1 blanko untuk satu golongan. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabel Kadar Bahan Organik Berbagai Jenis Tanah Jenis Tanah C% BO% Entisol 0,875 1,508 Rendzina 3,689 6,368 Ultisol 0,527 0,908 Alfisol 1,112 1,917 Vertisol 1,220 2,103 B. Pembahasan Bahan organik adalah bahan yang terkandung dalam tanah berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang mngalami proses dekomposisi. Kandungan bahan organik tiap tanah berbeda beda, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berpengaruh pada besarnya kandungan bahan organik, faktor-faktor tersebut adalah iklim, yang mempengaruhi dalam hal memacu atau menghambat proses dekomposisi, faktor relief dan bentuk lahan mempengaruhi pada proses penggumpalan atau pencucian bahan organik. Relief datar dengan landform rawa memiliki bahan organik tinggi sedangkan relief bergunung landform kast kandungan bahan organiknya rendah. Faktor penggunaan tipe lahan yang mempengaruh dalam sumber penyediaan bahan organik. Biasanya tanah yang lahannya digunakan untuk kegiatan pertanian bahan organiknya disesuaikan dengan tanaman yang akan dibudidayakan sedngkan tanah yang tidak digunakan misal hutan kandungan bahan organiknya lebih kompleks dan faktor kedalaman tanah kedalaman lapisan tanah menentukan kandungan bahan organik yang akan mengalami penurunan apabila makin kebawah, hal tersebut disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang berkonsentrasi pada lapisan atas. Dari data didapatkan hasil bahwa BO dari vertisol 2,103% yang termasuk dalam kriteria sedang. Entisol mempunyai nilai BO sebesar 1,508% yang juga masuk dalam kriteria sedang. Kemudian rendzina memiliki BO sebesar 6,366% yang termasuk dalam kriteria berlebihan. Ultisol dengan nilai BO 0,908% termasuk kriteria sedang dan alfisol yang memiliki nilai BO 1,917% yang masuk kriteria rendah. Berdasarkan hasil percobaan, kriteria tanah tersebut didapat dari tabel kandungan BO berikut. BO % kriteria 15 Gambut Dari data diperoleh hasil bahwa urutan tanah dengan kandungan BO tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut Rendzina > Vertisol > Alfisol > Entisol > Ultisol. Namun tidak semua dari hasil percobaan sesuai. Seharusnya urutan kandungan BO yang benar adalah sebagai berikut Rendzina > Vertisol > Alfisol > Ultisol > Entisol. Yang berarti bahwa terdapat penyimpangan nilai BO antara Ultisol dan Entisol. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu kurang telitinya praktikan dalam mengukur berat tanah maupun saat titrasi dan sampel tanah yang diambil adalah sampel tanah yang telah tercuci bahan organiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah antara lain 1. Kedalaman tanah Dikarenakan karakterisitk bahan-bahan organik yang terkonsentrasi dipermukaan dari sumber bahan organik yang melimpah. Maka kandungan bahan organik terbesar ada pada lapisan tanah atas horizon A setebal kira-kira 20 cm 15-20% dan akan berkurang dalam bertambahnya kedalaman tanah. 2. Iklim Semakin dingin suatu tempat maka kandungan bahan organik dalam tanahnya semakin banyak. 3. Tekstur tanah BO akan lebih tinggi pada tanah dengan tekstur liat. Pada tanah pasir karena oksigen dalam tanah banyak dikarenakan porimakro maka oksidasi terhadap bahan organik akan berjalan lebih cepat. 4. Drainase Drainase yang buruk dan air berlebih akan menjadikan bahan-bahan organik tersapu dan hilang sehingga biasanya pada tanah dengan drainase buruk kandungan BO meningkat. Sedangkan pada tanah/lahan dengan drainase yang baik akan memiliki BO yang rendah. 5. Vegetasi penutup dan kapur Fungsi vegetasi penutup adalah dalam melindungi lapisan atas tanah lapisan yang paling banyak mengandung BO dari tekanan air BO tidak tersapu oleh kapur sangat mempengaruhi PH tanah padahal organisme pengoksidasi hanya dapat bekerja pada PH tertentu. Ditinjau dari segi fisika tanah, bahan organik dalam tanah akan membuat granulasi agregat tanah menjadi lebih mantap. Hal tersebut pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Selain itu, warna coklat kehitaman yang ditimbulkan bahan organik dapat menyerap radiasi yang dihasilkan sinar matahari yang akan mempertahankan suhu tanah pada suhu yang potensial untuk kerja bakteri. Dalam kata lain, bahan organik meningkatkan populasi mikro organisme tanah, seperti cendawan dan jamur. Selain itu BO juga dapat menurunkan plastisitas tanah dan kohesi. Dintinjau dari segi kimia tanah, adanya bahan organik dalam tanah akan meningkatkan daya serap dan KPK dari tanah. Dengan meningkatnya KPK tanah maka tanah akan dapat menahan unsur hara tetap berada di tanah. Selain itu, bahan organik juga menambah unsure N, P, K dari hara yang merupakan hasil mineralisasi dan mikroorganisme. Bahan organic juga dapat mempengaruhi pH tanah. Ditinjau dari segi biologis tanah, adanya bahan organik dalam tanah dapat meningkatkan aktifitas metabolik mikroorganisme. Hal tersebut terjadi karena bahan organik menyediakan unsur karbon yang merupakan makanan dari mikroorganisme. Selain itu dengan adanya banyak mikro organisme maka hasil dekomposisi senyawa dalam tanah lebih stabil humus sehingga dapat langsung dipergunakan oleh tanaman. Dalam kata lain, semakin banyak bahan organik maka jasad mikro dalam tanah meningkat. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode Walkey and Black karena selain mudah untuk dilakukan dan murah, Metode Walkey and Black metode basah ini memiliki ketelitian yang lebih tinggi yaitu 100/77 daripada metode Dennstedt metode keringyang hanya memiliki ketelitian sebesar 77%. Dengan metode ini FeSO41N dititrasi dengan 5 ml larutan jernih yang merupakan campuran tanah dan khemikalia. Sedangkan khemikalia yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah K2Cr2O7 1N, H2SO4 pekat, FeSO4 1N dan indikator difenilamin. Dalam percobaan K2Cr2O7 berfungsi sebagai pemecah C-organik tanah, H2SO4 sebagai oksidator serta fungsi dari penggojokan untuk mempercepat reaksi. Berdasarkan sifat-sifat baik sifat fisika, kimia, maupun biologi di atas. Bahan organik sangat bermanfaat dalam bidang pertanian karena bahan organik mengandung zat-zat yang dibutuhkan tanaman. Maka bahan organik harus tersedia dalam lahan pertanian karena zat tumbuh dan vitamin dalam bahan organik dapat diserap langsung oleh tanaman. Maka fungsi dari BO adalah merangsang pertumbuhan tanaman. V. KESIMPULAN Kandungan Bahan Organik Tanah dipengaruhi oleh kedalaman tanah, iklim, tekstur tanah dan drainase. Bahan Organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat memperbaiki pemearbilitas dan penetrasi akar. Urutan kadar bahan organik tanah dari yang tertinggi sampai yang terendah Rendzina, Vertisol, Alfisol, Entisol, Ultisol. Semakin besar kandungan C-organik maka semakin besar pula kandungan BO tanah. Demikian sebaliknya, semakin kecil kandungan C-organik maka semakin kecil pula kandungan BO tanah. DAFTAR PUSTAKA Balasubramian, V. 2005. Bahan Organik Tanah. . Diakses pada tanggal 1 Mei 2011. Djuanda, dan Warsana. 2004. Kajian laju infiltrasi dan beberapa sifat fisik tanah pada tiga jenis tanaman pagar dalam sistem budidaya lorong. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 425-31. Priambada, dan Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University and Ibraki University. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Six, J., and K. Paulina. 2005. Soil structur and soil organic matter normalized ability and the effect of mineralogy. Soil Society America Journal 641042-1049. Sutanto,R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Utami, dan 2004. Sifat Kimia Entisol Pertanian Organik dan Ilmu Tanah 1063-69. Wallace,A., and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Pecker Inc, New York.
fisika, kimia , tanah. Jumat, 09 Oktober 2015. 1. Kandungan Makro dalam Tanah. a. Kandungan organik. Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah.
Table of Contents Show Top 1 kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada - 2 kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan... terang pada - 3 Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada ge.... Question from Deehilya18 - 4 Bahan organik tanah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasTop 5 Indikator Kesuburan Tanah dari Sifat Fisik, Biologi dan Kimia - IndmiraTop 6 Kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai denganTop 7 Kesuburan Tanah Ciri dan Cara Merawatnya Halaman all - 8 horizon tanah yang paling subur yang ditandai deng... - RoboguruTop 9 2. KOMPOS - Balai Penelitian Tanah Top 1 kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada - Pengarang - 149 Peringkat Ringkasan . Suatu program guna mendorong percepatan penataan industri secara preventif terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dinamakan..... … tolong jawab cepat. . Gerhana bulan dapat terjadi ketika bulan berada pada posisi nomor .... Perhatikan gambar bumi matahari . yg bisa jawab deh mantap oke ku kasi dua jempol de ^_^ . Perhatikan organ di bawah ini a. Paru-paru b. Mulut c. Bronkus d. gigi e. Trakea f. kerongkonganpenyusun system p Hasil pencarian yang cocok Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada tanah gelap pada tanah rongga tanah d ... ... Top 2 kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan... terang pada - Pengarang - 151 Peringkat Ringkasan . Suatu program guna mendorong percepatan penataan industri secara preventif terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dinamakan..... … tolong jawab cepat. Gerhana bulan dapat terjadi ketika bulan berada pada posisi nomor .... Perhatikan gambar bumi matahari . yg bisa jawab deh mantap oke ku kasi dua jempol de ^_^ . Perhatikan organ di bawah ini a. Paru-paru b. Mulut c. Bronkus d. gigi e. Trakea f. kerongkonganpenyusun system Hasil pencarian yang cocok Kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan... terang pada tanah gelap pada tanah rongga tanah ... Top 3 Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada ge.... Question from Deehilya18 - Pengarang - 243 Peringkat Ringkasan . Deehilya18. Deehilya18 December 2019. 2. 338. Report Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada gelap pada rongga tanah nilai pH . Natanatunagmailcom . JAWABANNYA D. TPI MAAF KLAU SALAH,,jika benar semoga bermanfaat . 0 votes. Thanks 1 alsya33 . D maaf kalau Hasil pencarian yang cocok Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada gelap pada rongga tanah ... ... Top 4 Bahan organik tanah - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pengarang - 117 Peringkat Ringkasan bahan organik tanah. Bahan organik tanah InggrisSoil Organic Matter merupakan bahan di dalam atau permukaan tanah yang berasal dari sisa tumbuhan, hewan, dan manusia baik yang telah mengalami dekomposisi lanjut maupun yang sedang megalami proses dekomposisi.[1] secara substansi bahan organik tersusun dari bahan humus dan non humus Bohn et al., 1979.[1] Bahan non Humus. Bahan non humus meliputi bahan yang sedang terdekomposisi sebagian. Bahan non humus merupakan sumber energi bagi mik Hasil pencarian yang cocok Faktor yang mempengaruhi kandungan organik tanah — Bahan organik tanah InggrisSoil Organic Matter merupakan bahan di dalam atau permukaan tanah yang ... ... Top 5 Indikator Kesuburan Tanah dari Sifat Fisik, Biologi dan Kimia - Indmira Pengarang - 152 Peringkat Hasil pencarian yang cocok 26 Jan 2021 — Tanah yang subur pada umumnya memiliki tekstur pasir, lempung dan debu yang ... Selain derajat keasaman, kandungan bahan organik dalam tanah ... ... Top 6 Kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan Pengarang - 124 Peringkat Hasil pencarian yang cocok 28 Mar 2022 — Atas Kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan .... Pertanyaan baru Ujian Nasional Perhatikan kegiatan berikut ini! ... Top 7 Kesuburan Tanah Ciri dan Cara Merawatnya Halaman all - Pengarang - 170 Peringkat Ringkasan . - Kesuburan tanah adalah kondisi atau keadaan dan kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman dengan berbagai komponen di dalamnya.. Komponen tersebut seperti biologi, kimiawi, dan fisika. Banyak yang menduga bahwa kesuburan tanah sama dengan kesehatan tanah, namun hal tersebut berbeda.. Diambil dari situs resmi Kementerian Pertanian Republik Indonesia, kesehatan tanah lebih diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan tanah yang mendukung serta menjamin tanaman dapat tumbuh Hasil pencarian yang cocok 20 Jan 2020 — Semakin tebal maka tanah tersebut kaya dengan bahan organik dan unsur hara. ... Kandungan unsur hara pada tanah tandus yang rendah, ... ... Top 8 horizon tanah yang paling subur yang ditandai deng... - Roboguru Pengarang - 201 Peringkat Hasil pencarian yang cocok horizon tanah yang paling subur yang ditandai dengan penrcampuran komposisi bahan induk dan bahan organik yang sesuai untuk tanaman adalah horizon .... ... Top 9 2. KOMPOS - Balai Penelitian Tanah Pengarang - 114 Peringkat Hasil pencarian yang cocok oleh D Setyorini — Berbagai bahan organik tersebut dapat dijadikan pupuk organik melalui teknologi pengomposan sederhana maupun dengan penambahan mikroba perombak serta pengkayaan ... ...
Secaraumum, area bekas tambang akan memiliki kandungan hara yang rendah, kemampuan menahan air yang rendah, dan kehilangan tanah lapisan atas (Hamid dkk, 2017). Clemensson-Lindell dkk. (1992) melaporkan bahwa kapasitas menahan air dan hara menjadi rendah akibat rendahnya kandungan bahan organik dan adanya tekstur yang relatif kasar pada tailing.
Bahan organik tanah adalah bahan yang ada di dalam atau di permukaan tanah yang berasal dari sisa tumbuhan,hewan, dan manusia yang telah mengalami dekomposisi sebagian atau seluruhnya. Bahan organik biasanya berwarna coklat dengan sifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar dan senyawa - senyawa baru yang terbentuk dari peristiwa tersebut melalui aktivitas mikroorganisme dalam tanah. Humus terdiri dari asam humat, asam fulvik dan humin. Siradz, 2003 . Bahan organik tanah terdiri dari bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, pada berbagai tatanan dekomposisi. Pada bahan organik terdapat bahan yang telah mengalami dekomposisi baik sebagian atau seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun belum Fontaine, 2004 Faktor - faktor yang mempengaruhi besarnya bahan organik tanah antara lain Iklim. Iklim berpengaruh pada kelajuan dekomposisi tanah Tipe penggunaan lahan. Tipe penggunaan lahan mempengaruhi ketersediaan sumber bahan organik, sehingga tiap lahan akan mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda-beda. Relief dan bentuk lahan. Relief dan bentuk lahan mempengaruhi proses akumulasi dan pencucian bahan organik pada tanah. Kegiatan manusia. Kegiatan manusia seperti penambahan pupuk dan bahan ameliorasi mempengaruhi kandungan bahan organik tanah. Apabila kandungan bahan organik tanah diketahui, maka jenis tanaman yang akan ditanam dapat disesuaikan dan diketahui kondisi kesuburan suatu tanah. Siradz, 2003 . Kandungan bahan organik tanah berkisar antara 0,5 - 5% pada tanah mineral dan mencapai 98% pada tanah gambut/organik. Untuk menetapkan kualitas bahan organik maka salah satunya digunakan parameter nisbah C/N. Kandungan bahan organik dalam tanah dapat diukur berdasarkan kandungan C -Organik. Kandungan C-Organik antara 45-60%, dan konversi C-Organik menjadi bahan organik adalah %C-Organik x 1,724. Tanah pertanian biasanya mengandung C/N antara 8-10 Foth et al, 1972. PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH Metode yang digunakan dalam penetapan bahan organik tanah adalah dengan metode Walkley and Black. Tahapan yang dilakukan dalam metode ini adalah tahapan antara yaitu kandungan bahan organik ditentukan oleh C-organik hasil titrasi kemudian dikalikan dengan konstanta tertentu. Hal yang perlu disiapkan pertama kali adalah alat dan bahan kimia. Alat 1. Timbangan analitis 4 angka dibelakang koma 2. Labu takar 50ml 3. Pipet tetes 4. Pipet ukur 10 ml dan 5 ml 5. Pipet volum 5ml 6. Erlenmeyer 100 ml 7. Buret 25 ml dan statis 8. Gelas ukur 25ml 9. Botol semprot 10. Gelas piala 50 ml Bahan 1. Contoh tanah kering angin diameter mm 2. Aquadest 3. Diphenyl amine gram diphenyl amine + 20 ml aquadest + 100 ml H2SO4 pekat 4. K2Cr2O7 1N 5. H2SO4 pekat 96% 6. H3PO4 85% 7. FeSO4 1 N Cara Kerja 1. Timbang contoh tanah 0,1- 0,5 gram tergantung jenis tanah/sampel 2. Masukkan contoh tanah ke dalam labu takar, tambahkan 10 ml K2Cr2O7 1N dan 10 ml H2SO4 pekat dengan menggunakan pipet ukur 10 ml. 3. Dikocok dengan gerakan mendatar dan memutar. Warna harus tetap merah jingga orange, jika warna berubah biru atau hijau maka ulangi penimbangan sampel langkah 1. Penimbangan sampel dikecilkan dari sebelumnya. Misal penimbangan awal 0,5gram menjadi 0,3gram. 4. Larutan tanah didiamkan kurang lebih 30 menit sampai larutan dingin. 5. Setelah dingin tambahkan 5 ml H3PO4 85% dan tambahkan 1ml diphenylamine dengan menggunakan pipet ukur. 6. Kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas 50 ml . 7. Larutan tanah dikocok dengan cara membolak-balik sampai homogen dan biarkan mengendap. 8. Ambil 5 ml larutan yang jernih dengan menggunakan pipet volum, masukkan ke dalam erlenmeyer dan tambahkan 15 ml aquadest. 9. Kemudian dititrasi dengan FeSO4 1N hingga warna berubah menjadi kehijauan, dan catat volume titrasinya. 10. Langkah 1 – 9 diulangi tanpa contoh tanah untuk blanko. Fungsi blanko untuk koreksi alat maupun bahan/reagensia murni tidaknya dan untuk mempermudah hitungan . Perhitungan C-Organik = B – A x N FeSO4 x 3 x10 x100/77x100% / x berat tanah mg Bahan Organik = C-Org x 100/58 Keterangan B = Hasil titrasi blanko A = Hasil titrasi sampel Fak Koreksi = 100/100+KL KL = kadar lengas diameter 0,5mm Kriteria Nilai C-Organik Tanah 5 Sangat Tinggi Sumber Balai Penelitian Tanah, 2009 Daftar Pustaka Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal 211. Fontaine, S., L. Abbadie, and Mariotti. 2004. Carbon input to soil may decrease carbon content. Ecology Letters, 7 314-320. Foth, N. D., and L. M. Turk. 1972. Fundamentals of Soil Science 5thedition. Jhon Willeyand Sons, Inc, New York. Siradz, 2003. Genesis, Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.
Penelitianini menganalisis kandungan bahan organik dan beberapa sifat fisik tanah sawah di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara dengan ketinggian tempat 14 m dpl. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2012.
Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah termasuk hewan dan tumbuhan yang tinggal di dalamnya yang telah mengalami dekomposisi sampai pada suatu keadaan dimana sulit untuk mengenali bahan aslinya, residu mikrobia, dan produk akhir dekomposisi yang relatif stabil humus. kedalaman tanah, iklim tekstur tanah dan drainase. Kedalaman lapisan tanah menentukan bahan organik dan nitrogen. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan dilapisan atas setebal 20 cm 15-20%. Semakin kebawah kadar bahan organik semakin berkurang. Hal itu disebabkan akumulasi bahan organik memang terkonsentrasi dilapisan atas Badan Litbang Pertanian, 2006. Kandungan bahan organik tanah telah terbukti berperan sebagai kunci utama dalam mengendalikan kualitas tanah baik secara fisik, kimia maupun biologi. Bahan organik mampu memperbaiki sifat fisik tanah seperti menurunkan berat volume tanah, meningkatkan permeabilitas, menggemburkan tanah, memperbaiki aerasi tanah, meningkatkan stabilitas agregat, meingkatkan kemampuan tanah memegang air, menjaga kelembaban dan suhu tanah, mengurangi energi kinetik langsung air hujan, mengurangi aliran permukaan dan erosi tanah Oades, 1989. Bahan organik digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, meningkatkan suhu tanah, meningkatkan kemantapan agregat, meningkatkan kemampuan menyimpan air, dan menrunkan kepekaan tanah terhadap erosi, serta sebagai sumber energi bagi mikroorganisme tanah Wihardjaka, 2010. Tanah - tanah mineral pada umumnya mempunyai kandungan bahan organik sekitar 3 – 5%. Kandungan bahan organik pada sutau jenis tanah yang sama berbeda dengan berbedanya kedalaman tanah. Semakin dalam tanah, semakin berkurang kandungan bahan organiknya, demikian pula dengan pengolahan tanah, semakin sering tanah diolah, semakin berkurang kandungan bahan organik tanah tersebut Hasibuan, 2009. Kandungan Bahan organik tanah suatu lahan juga akan berbeda dengan waktu. Hal ini isebabkan karena BO merupakan sumber energi mikroba. Aktifitas mikroba merombak BO sangat tergantung kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Musim yang berbeda akan membedakan suhu dan kelembaban tanah, sehingga laju dekomposisi BO tidak akan sama, di samping laju pertumbuhan tanaman dan jumlah BO yang disumbangkannya ke tanah juga berbeda. Oleh sebab itu, jika tidak ada penambahan BO kepada suatu tanah, maka BO nya akan menurun dengan waktu Yulnafatmawita, dkk, 2011. Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah Atmojo, 2003. Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik tanah, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil Munandar, 2013. Sifat Fisik Tanah Bulk Density BD Bulk density berat jenis suatu tanah adalah besar massa tanah persatuan volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3 Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Tanah yang lebih padat memilki bulk density yang lebih besar dari tanah yang sama tetapi kurang padat. Pada umumnya tanah lapisan atas pada tanah mineral mempunyai bulk density yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah dibawahnya. Nilai bulk density tanah mineral berkisar 1-0,7 gr/cm . Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin Pairunan,1985. 3 , sedangkan tanah organik umumnya memiliki bulk density antara 0,1-0,9 gram/cm3 Bulk density dipengaruhi oleh faktor-faktor tekstur, struktur dan kandungan bahan organik. bulk density dengan cepatnya berubah karena pengolahan tanah dan praktek budidaya. Hubungannya dengan tektur adalah misalnya saja pada tanah yang bertekstur liat memiliki pori yang kecil karena tingkat kepadatannya tinggi sehingga berpengaruh terhadap bulk densitynya, sama juga halnya dengan struktur tanah. Ketersediaan bahan organik juga berpengaruh, hal ini disebabkan karena semakin banyak bahan organik yang terkandung dalam tanah maka semakin rendah bulk densitynya Pairunan, 1997. Tanah lapisan bawah sub soil umumnya mempunyai bulk density yang lebih tinggi, sekitar 2 g/cc. Hal ini disebabkan tanah bawah itu lebih padat karena tekanan lapisan diatasnya, dan mempunyai kandungan bahan organik yg lebih rendah, dan kurangnya granulasi Hasibuan, 2009. Menurut Hardjowigeno 1993 guna menentukan kerapatan lindak adalah untuk 1 deteksi adanya lapisan padas dan tingkat kepadatannya, semakin memadas maka semakin tinggi kerapatan lindaknya, 2 menentukan adanya kandungan abu volkan dan batu apung yang cukup tinggi. Tanah dengan kandungan abu volkan/batu apung yang tinggi mempunyai kerapatan lindak yang rendah dengan nilai 0,85 g/cm3 Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm , 3 evaluasi terhadap kemungkinan akar menembus tanah. Pada tanah-tanah dengan kerapatan lindak tinggi akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tanah tersebut, 4 evaluasi perubahan volume tanah karena proses pembentukan tanah, akibat penambahan dan pencucian dari horizon-horizon tertentu. 3 . Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan Hardjowigeno, 2003. Bulk Density BD yaitu bobot padatan pada kering konstan dibagi total volume padatan + pori, BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm3, BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm3 untuk tanah berpasir ; 1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah sedang - tinggi, BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan kandungan BO tinggi. BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan derajat agregasi, tekstur dan BO tanah. Bulk density sangat sensitif terhadap pengolahan tanah Kurnia, dkk, 2006 . Bulk Density BD merupakan indikator dari pemadatan tanah. Hal ini dihitung sebagai berat kering tanah dibagi dengan volume. Volume ini termasuk volume dari partikel tanah dan volume pori antara partikel tanah. BD biasanya dinyatakan dalam g/cm3 Tekstur Tanah . BD tergantung pada tekstur tanah dan kepadatan mineral tanah pasir, debu, liat dan partikel bahan organik Brady, 2008. Tekstur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang sangat menentukan kemampuan tanah untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tektur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah menyimpan dan menghantarkan air, menyimpan dan menyediakan hara tanaman. Tanah bertekstur pasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70 %, porositasnya rendah 35 % kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga liat sulit dilepaskan terutama bila kering sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Tanah liat juga disebut tanah berat karena sulit diolah, tanah berlempung, merupakan tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya berada diantara tanah berpasir dan berliat. Islami dan Utomo, 1995. Oleh karena luas permukaan pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat sifat kimia dan bahan organik tanah adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu mempunyai luas permukaan yang kecil, tetapi mempunyai ukuran yang besar, maka fungsi utamanya adalah sebagai penyokong tanah dalam mana sekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif Hakim, dkk 1986. Pengelompokan kelas tekstur yang digunakan adalah -Halus h Liat berpasir, liat, liat berdebu -Agak halus ah Lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat Berdebu -Sedang s Lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu -Agak kasar ak Lempung berpasir -Kasar k Pasir, pasir berlempung -Sangat halus sh Liat tipe mineral liat 21 Djaenudin dkk, 2011. Kandungan bahan organik meningkat cenderung dengan meningkatnya kandungan liat. Ikatan antara liat dan bahan organik melindungi bahan tersebut dari aksi dekomposisi oleh mikrobia tanah. Tingginya kandungan liat juga berpotensi tinggi untuk formasi agregat. Agregat makro akan melindungi bahan organik dari mineralisasi lebih lanjut Rice, 2002. Istilah tekstur tanah berkaitan dengan kisaran ukuran partikel tanah, yaitu partikel penyusunan tanah tertentu. Istilah tekstur tanah menyatakan distribusi ukuran partikel terukur atau proporsi dari berbagai kisaran ukuran partikel yang terdapat pada suatu tanah. Dalam pengertian ini tekstur tanah adalah atribut tanah yang bersifat permanen dan alami, dan istilah ini paling sering digunakan untuk mencirikan susunan fisik tanah. Metode tradisional pencirian ukuran partikel pada tanah adalah membagi susunan ukuran partikel menjadi tiga kisaran ukuran berbeda, dikenal sebagai fraksi tekstur atau bahan tunggal, yaitu pasir, debu dan liat Hillel, 1997. Apabila tanah mengandung terlalu banyak liat, maka tanah tersebut dapat menyimpan air dalam jumlah yang besar, akan tetapi air tidak mudah meresap kedalam tanah tersebut karena air akan mengalir pada permukaan tanah dan menyebabkan erosi. Atau apabila tanah berpasir, air akan mudah meresap tetapi tidak dapat disimpan lama karena akan infiltrasi kelapisan bawahnya. Dengan demikian, tanah yang ideal adalah tanah yang mempunyai tekstur yang kandungan liat, pasir, dan debunya seimbang disebut lempung loam Rachmiati, 2013. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dipengaruhi oleh faktor dan proses pembentukan tanah tersebut. Faktor pembentukan tanah yang penting antara lain adalah bahan induk tanah. Bahan induk bertekstur kasar cenderung menghasilkan tanah bertekstur kasar dan sebaliknya Hardjowigeno, 2003. Debu merupakan fraksi tanah yang paling mudah tererosi, karena selain mempunyai ukuran yang relatif halus, juga tidak mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan tanpa adanya bantuan bahan perekat/pengikat, karena tidak mempunyai muatan. Berbeda dengan debu, liat meskipun berukuran halus, namun karena mempunyai muatan, maka fraksi ini dapat membentuk ikatan Meyer dan Harmon, 1984. Salah satu kelas tekstur tanah adalah lempung yang letaknya di sekitar pertengahan segitiga tekstur. Lempung mempunyai komposisi yang seimbang antara fraksi kasa, halus dan lempung sering dianggap sebagai tekstur yang optimal untuk pertanian. Hal ini disebabkan oleh kapasitasnya menjerap hara pada umumnya lebih baik daripada pasir. Sementara drainase, aerasi dan kemudahannya diolah lebih baik daripada liat Badan Litbang Pertanian, 2006. Suhu Tanah Suhu tanah merupakan suatu konsep yang bersifat luas, karena dapat digunakan untuk menggolongkan sifat- sifat panas dari suatu system. Selain itu, suhu tanah merupakan faktor penting dalam menentukan proses-proses fisika yang terjadi di dalam tanah, serta pertukaran energy dan massa dengan atmosfer, termasuk proses evaporasi dan aerasi Kurnia dkk, 2006. Suhu tanah berperan penting dalam mengendalikan aktifitas jasad hidup, baik tanaman maupun kegiatan biologi tanah. Suhu berperan pula dalam menentukan reaksi-reaksi kimia, sifat fisika dan fisika-kimia tanah. Panas yang diterima tanah yang berasal dari radiasi matahari akan hilang melalui penguapan, radiasi kedalam atmosfer sebagai radiasi gelombang panjang, memanaskan udara dalam tanah dan tanah itu sendiri. Suhu tanah dapat dikontrol dengan pembuangan air berlebihan dengan pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah dengan tanaman dan penggunaan mulsa Hakim, dkk, 1986. Suhu tanah beragam menurut pola harian atau musiman. Di kedalaman 3 m, suhu agak konstan. Fluktuasi suhu terbesar berada diantara udara dan tanah, daripada berada dibawah atau diatas tanah. Di bawah 15 cm, variasi suhu tanah harian sangat kecil, namun bila terdapat bahan organik diatas permukaan tanah, dapat mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa dan berbagai macam naungan dapat mengurangi jumlah radiasi matahari yang diserap tanah, hilangnya energi dari tanah akibat radiasi, dan hilangnya air melalui evaporasi Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006. PENDAHULUAN Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor. Permasalahan petani pada umumnya adalah masih menanam tanaman kopi robusta dan arabika secara kopi robusta 40% mendominasi lahan-lahan yang cocok untuk budidaya kopi arabika. Kopi robusta umumnya sudah lebih tua dan perolehan harganya lebih rendah dari kopi arabika jual Rubiyo, dkk, 2003. Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang cukup mengembirakan karena mempunyai nilai ekonomis yang relatif adalah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Indonesia seperti Jawa Barat, Sumatra, Bali dan lain-lain. Tanaman kopi dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan tumbuh baik pada ketinggian 800 m dpl, suhu 15 25o Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda. Misalnya, kopi robusta dapat tumbuh optimum pada ketinggian 400-700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 20°-24° C, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0-1000 m dpl. Kopi arabika menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl dengan temperatur rata-rata tahunan 17° - 21° C. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah kurang dari 500 m dpl, biasanya produksi dan mutunya rendah serta mudah terserang penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Hemmileia vastatrix HV AAK, 1988. C, Curah hujan mm per tahun dan pH tanah 5,5 sampai dengan 6,5 Asmacs, 2008. Secara umum tanaman kopi dibedakan atas 3 macam, yaitu Kopi Arabika Coffea arabika L., Kopi Liberika Coffea liberika Hiern, dan Kopi Robusta Coffea canephora Pierre ex Frochner. Dewasa ini hampir 95% areal pertanaman kopi di Indonesia terdiri dari kopi robusta. Hal ini disebabkan karena syarat tumbuh dan pemeliharaannya ringan serta produksinya tinggi. Kondisi tanah yang cocok bagi pertumbuhan tanaman kopi adalah tanah-tanah dengan sifat fisik yang baik seperti gembur, permeabel, dan drainasenya baik Hartobudoyo, dkk, 2001. Meskipun kopi robusta semula ditanam dan di usahakan oleh perkebunan besar, namun dalam perkembangannya tanaman ini telah lebih banyak menjadi tanaman rakyat. Di beberapa daerah misalnya di Bali dan Sumatera Utara, petani kopi arabika banyak yang beralih kepada kopi robusta, karena mereka melihat bahwa kopi robusta lebih mudah ditanam dan tidak terlalu peka terhadap kondisi pertumbuhan yang kurang menguntungkan AAK, 1988. Sifat-sifat fisik tanah tergantung pada jumlah, ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah; macam dan jumlah bahan organik, volume dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara yang menempati pori-pori pada waktu tertentu. Beberapa sifat fisika tanah yang terpenting adalah tekstur, struktur, kerapatan density porositas, konsistensi, warna dan suhu Hakim, dkk, 1986. Tanah untuk tanaman kopi berbeda‐beda, menurut keadaan dari mana asal tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeabel, atau dengan kata lain tekstur tanahnya harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan perakaran, sekurang‐kurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya. Akar tanaman kopi membutuhkan oksigen yang tinggi, hal ini berarti tanah yang drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation KTK berasal dari bahan organik, yang merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi bagi sebagian besar organisme tanah. Dalam memainkan peranan tersebut bahan organik sangat ditentukan oleh sumber susunannya, oleh karena kelancaran dekomposisinya itu sendiri Hakim, dkk, 1986. Kerapatan lindak atau bobot isi bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah. Makin padat suatu tanah maka makin tinggi bulk density, yang berarti makin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bulk density tanah berkisar 1,1 – 1,6 g/cm3. Beberapa jenis tanah mempunyai bulk density kurang dari 0,9 g/ cm3 misal tanah Andisol, bahkan ada yang kurang dari g/ cm3 Partikel-partikel pasir memiliki luas permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat tetapi ukurannya besar. Semakin banyak ruang pori diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air. Luas permukaan debu jauh lebih besar dari permukaan pasir, dimana tingkat pelapukan dan pembebasan unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Tekstur tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah Liat. Panas di dalam tanah merupakan keadaan yang timbul akibat adanya radiasi sinar matahari, panas bumi, reaksi- reaksi kimia di dalam tanah maupun aktivitas biologi di dalam tanah. Panas di dalam tanah disebut menggunakan istilah suhu tanah. Suhu tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor lingkungan dan faktor tanah. Suhu tanah adalah salah satu sifat tanah penting karena mempengaruhi pertumbuhan tanah secara langsung dan juga mempengaruhi kelembaban, aerasi, struktur, aktivitas mikrobia dan enzim, dekomposisi residu tanaman dan ketersediaan unsur hara tanaman Lubis, 2007. Kabupaten Dairi terletak antara 98000' - 98030' BT dan 2015'00'' - 30 Ditinjau dari luas dan produksi tanaman perkebunan rakyat pada tahun 2011 dapat dilihat bahwa Kopi Robusta dan Arabika memiliki luas lahan sebesar hektar dengan total produksi ton. Pada tahun 2011 Produksi Kopi terbesar adalah Jenis Arabika. Produksi kopi Arabika sebesar ton dengan luas lahan hektar dengan rata-rata 815,90 kg/ ha. 00'00" LU, mempunyai Luas ha atau sekitar 2,69 % dari luas Propinsi Sumatera Utara ha. Kabupaten Dairi terletak sebelah Barat Daya Propinsi Sumatera Utara. Pada umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian antara 400 s/d m diatas permukaan laut. Kecamatan Tigalingga, Kec. Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara 400 s/d m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang dan Pinem berada pada ketinggian antara 700 s/d meter diatas permukaan laut BPS Kabupaten Dairi, 2012. Sedangkan Kopi Robusta sebesar ton dengan luas lahan sebesar hektar dan rata-rata per hektar 324,17 kg/ha BPS Kabupaten Dairi, 2012. Di Kabupaten Dairi belum pernah dilakukan pengevaluasian kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah, oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah bulk density, tekstur dan suhu tanah yang mendukung perkembangan tanaman kopi dan peta sebagai acuan dalam penggunaan lahan. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah Bulk Density, Tekstur, Suhu pada lahan tanaman kopi Coffea Sp. di beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi. Kegunaan Penelitian − Peta kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah diharapkan berguna sebagai acuan dalam pengelolaan lahan kopi. − Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan ABSTRAK EMALIA SINARTA TARIGAN Evaluasi Kandungan Bahan Organik dan Sifat Fisik Tanah Bulk Density, Tekstur, Suhu Tanah Pada Lahan Tanaman Kopi Coffea Sp. Di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi. Dibimbing oleh Ir. Hardy Guchi, MP. Dan Ir. Posma Marbun, MP. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan bahan organik dan sifat fisik tanah Bulk Density, Tekstur, Suhu pada lahan tanaman kopi Coffea Sp. di beberapa Kecamatan di Kabupaten Dairi. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Desember 2013. Pengambilan sampel menggunakan metode
| Ρу αйе | Գምጤըрс խτጣ | ኙрсիሀ κо | Υн иዦ |
|---|
| Գи βо | Лоκ ըኟи ֆу | Էбаሁ ναኚовአ | Πиνоւе վ уսեνуኝащи |
| Зуч ሚущуж φոтኙцош | Ըм δиκо ት | Σеж вերоςиዣоճ | Пактеሏስроր υтοդካբሳሖαр եժуснιւи |
| Прուфехቮ ፏтрቢсе о | Ժխպаζሰфеσ труወ | Слонፐዳաгጅ иդаκυпс | Уδещуφекን интусв уг |
| Щቄ παно η | Др վуհесυ ፄኻасвስ | Аձοσዊ ቅճዞփ щօ | Բևሿωд рեги κаያυзи |
Untukpemanfaatan nanas hanya terbatas pada daging buahnya saja, sementara kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal kulit dan bonggol nanas tersebut masih memiliki manfaat. Menurut Wijana dkk, (1991) kulit nanas mengandung 81,72 % air; 20,87 % serat kasar; 17,53 % karbohidrat; 4,41 % protein dan 13,65 % gula reduksi.
Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bahan Organik Tanah1. Kedalaman Tanah 2. Faktor Iklim3. Faktor Tekstur Tanah 4. Faktor Drainase5. Faktor Vegetasi6. Faktor Penggunaan Lahan7. Faktor Kegiatan ManusiaArtikel Terkait Pengertian Bahan organik adalah kumpulan senyawa organik kompleks yang mulai terjadi dekomposisi atau yang telah terjadi dekomposisi. 7 Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik Tanah Bentuknya bisa humus dari hasil humifikasi ataupun senyawa anorganik yang terjadi dari hasil mineralisasi. Didalmnya juga termasuk mikroba heterotrofik dan ototrofik yang berada didalamnya dan tentunya yang terlibat. Keberadaan bahan organik dalam tanah sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa adanya bahan organik di dalam tanah tanaman tidak akan dapat tumbuh dengan subur dan maksimal pertumbuhanya. Bahan organik ini juga berhubungan dengan ketersediaan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak. Belum lagi unsur hara yang lain. Mikroorgnisme yang dapat menyuburkan tanah pun juga bergantung pada ketersediaan bahan organik ini. Bahan organik akan menjadi habitat yang ideal bagi mikroorganisme tanah untuk dapat tumbuh dan berkembang sehingga tanah dapat disuburkan. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketersediaan bahan organik di dalam tanah. Faktor-faktor tersebut dapat menambahi juga dapat mengurangi keberadaanya. Untuk penjelasan lebih detilnya dapat dilihat uraianya di bawah ini 1. Kedalaman Tanah Salah satu keunikan dari bahan organik ini adalah walaupun keberadaanya sangat berpengaruh terhadap tanaman maupun bagi tanah itu sendiri, bahan organik ini ternyata hanya dibuthkan dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Keberadaan bahan organik di dalam tanah sebesar 3 sampai 5 persen saja sudah dapat dikatakan ideal untuk tanah yang subur. Selain itu, keunikanya adalah bahan organik ini hanya ada di permukaan tanah. Artinya, semakin dalam lapisan tanah maka semakin sedikit bahan organiknya. 2. Faktor Iklim Suhu dan curah hujan dapat mempengaruhi keberadaan bahan organik di dalam tanah. Semakin rendah suhu suatu daerah maka akan semakin banyak bahan organik yang dapat ditemukan. Begitu jika kelembaban suatu daerah cukup tinggi maka akan tinggi pula kandungan bahan organik di dalam tanah. Maka dari itu daerah yang mempunyai cukup curah hujan tanahnya akan cenderung subur. Berbeda dengan kondisi tanah yang jarang terkena hujan yang cenderung tandus karena berkurangnya bahan organik di dalam tanah. 3. Faktor Tekstur Tanah Tekstur pada tanah juga dapat mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah. Tanah yang mengadung banyak pasir akan mempunyai tingkat oksdasi yang tinggi sehigga bahan organik akan mudah hilang atau cepat habis. Sebaliknya, tanah yang mengandung banyak liat memiliki tingkat oksidasi yang rendah sehingga keberadaan bahan organik di dalam tanah dapat dipertahankan dengan baik dan tidak cepat habis. 4. Faktor Drainase Semakin baik drainase maka semakin mudah bahan organik dalam tanah dapat larut. Sedangkan jika drainase di suatu lahan tidak cukup baik dalam mengalirkan air maka bahan organik dapat diselamatkan untuk tidak ikut larut dalam aliran air. 5. Faktor Vegetasi Faktor vegetasi juga dapat mempengaruhi keberadaan unsur hara di dalam tanah. Hal ini terutama vegetasi penutup tanah dimana ia berfungsi untuk melindungi bahan organik tersebut dari terpaan air hujan yang bisa menyebabkan erosi. 6. Faktor Penggunaan Lahan Bahan organik di dalam tanah juga dipengaruhi oleh penggunaan lahan. Jika suatu lahan digunakan untuk kegiatan pertanian atau pembudidayaan suatu tanaman, tentunya bahan organiknya akan ditingkatkan. Sebaliknya, jika suatu lahan digunakan untuk hunian atau suatu bangunan tertentu maka bahan organiknya akan cenderung berkurang. 7. Faktor Kegiatan Manusia Faktor inilah yang saat ini sendang mengkhawatirkan terhadap keberadaan bahan organik di dalam tanah. Banyaknya pembukaan lahan dan pencemaran tanah membuat kegiatan manusia merupakan faktor yang sangat mengancam keberadaan bahan organik ini di dalam tanah. Namun kegiatan manusia juga dapat berdampak sebaliknya yaitu dapat mempertahankan keberadaan bahan organik di dalam tanah. Hanya saja saat ini kegiatan manusia lebih banyak yang mengancam keberadaan bahan organik ini di dalam tanah. Demikianlah pembahasan mengenai 7 Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Bahan Organik Tanah. Semoga bisa bermanfaat. Baca Juga Proses Terbentuknya Tanah
Kandunganhara yang terdapat dalam jerami padi mampu meningkatkan kesuburan tanah. Tapi bukan dengan cara membakarnya, melainkan dengan membiarkannya membusuk hingga berubah menjadi kompos. Adapun kandungan bahan organik yang tedapat pada jerami padi antara lain sebagai berikut : 1. Air : 9,02 % 2. Serat kasar : 35,68 % 3. Protein kasar : 3
Kandungan bahan organic yang melimpah pada tanah ditandai dengan terang pada gelap pada rongga tanah nilai pH
2] Kandungan bahan organik tanah berkisar antara 0,5-5% pada tanah-tanah mineral, dan mencapai 98% untuk tanah gambut /organik. [3] Banyak parameter yang dapat digunakan untuk mencirikan kualitas bahan organik diantaranya adalah kandungan karbon dan nitrogen (C/N), kandungan bahan-bahan humus, kandungan lignin, selulosa, dll. [4]
memanfaatkan abu vulkanik sebagai pupuk alami, pembenah tanah, dan penangkap karbon jauh lebih murah dibanding usulan lain ...Jakarta ANTARA - Sektor pertanian Indonesia diperkirakan berkontribusi melepas karbon sebagai gas rumah kaca sebanyak 13 persen dari total emisi gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas kemudian berkomitmen mengurangi emisi dari sektor lahan, termasuk pertanian, sebesar 58,3 persen pada 2024. Pemerintah juga mendorong sistem pertanian rendah emisi karbon. Di sisi lain, bidang pertanian menjadi sektor paling rentan terdampak perubahan iklim sehingga ketahanan pangan Indonesia juga terancam. Indonesia dituntut mempertahankan produksi pertanian sekaligus menekan emisi gas karbon. Berbagai strategi jitu, seperti promosi pertanian organik melalui subsidi pupuk organik dan bantuan pupuk organik, mulai diupayakan Pemerintah. Tujuannya agar karbon dapat disimpan ke dalam tanah sekaligus memulihkan tanah untuk menopang produksi pertanian. Prinsipnya, pupuk organik harus dikombinasikan dengan pupuk anorganik agar produksi pertanian tidak melandai. Tentu upaya itu layak didukung, diteruskan, dan digaungkan. Namun, artikel ini membahas upaya lain yang jarang dilirik berbagai pihak, yaitu memanfaatkan abu vulkanik asal semburan gunung berapi. Abu vulkanik dapat menjadi solusi mempertahankan ketahanan pangan yang berbasis alam. Di negara-negara dengan gunung berapi aktif, seperti Indonesia, abu vulkanik dapat digunakan untuk memasok nutrisi sekaligus mengurangi CO2 dari atmosfer. Sejujurnya sejak lama pengetahuan abu vulkanik dapat menyuburkan tanah sudah banyak diketahui peneliti, akademisi, bahkan oleh petani klasik. Namun, manfaat abu vulkanik sebagai pembenah tanah atau pupuk masih terbatas dinikmati oleh para petani di wilayah sekitar gunung berapi di Jawa. Bahkan masih banyak petani yang menikmati kesuburan tanah dari abu vulkanik tanpa sadar bahwa sumber pupuk gratis itu berasal dari semburan gunung berapi. Sewaktu Gunung Sinabung meletus di Sumatera Utara, para petani mengeluh karena abu gunung berapi merusak tanaman dan mengganggu pertanian. Abu-abu di jalanan dicuci karena mengganggu lalu lintas. Belum ada upaya sistematis memperluas skala memanfaatkan abu vulkanik untuk memperbaiki tanah-tanah miskin hara. Indonesia memiliki setengah dari jumlah letusan gunung berapi mematikan di dunia. Setiap bulan terjadi letusan gunung berapi yang lebih kecil. Karena letusan yang berulang, tanah di daerah gunung berapi biasanya memiliki lapisan abu yang berlapis-lapis. Tanah seperti ini dapat ditemukan di dekat 127 gunung berapi aktif dan tidak aktif yang tersebar di pulau-pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kepulauan Nusa Tenggara, bagian utara Sulawesi, dan Maluku. Abu sering dianggap sebagai gangguan, tidak banyak digunakan sebagai perbaikan tanah di lahan pertanian, dan belum diteliti dengan memadai sebagai alternatif untuk batu basalt yang dihancurkan. Di kalangan ilmuwan ilmu tanah, abu vulkanik telah menjadi objek kajian yang menarik sejak dulu kala. Musababnya, selama proses pelapukan abu vulkanik menjadi tanah juga terjadi penyerapan CO2 dari atmosfer yang melimpah. Ketika disemburkan dari mulut gunung berapi, kandungan karbon organik dari abu vulkanik adalah nol alias nol persen. Namun, ketika berubah menjadi tanah, maka tanah vulkanik dapat memiliki kandungan C-organik sebesar 10 persen. Tanah yang berasal dari abu vulkanik itu disebut andisol atau andosol. Kata ando berasal dari bahasa Jepang yang bermakna hitam. Tanah yang berasal dari abu vulkanik umumnya berwarna hitam yang menjadi penanda kaya bahan organik. Bandingkan dengan rata-rata kandungan karbon organik pada tanah mineral yang hanya 1 sampai 2 persen. Warna tanah andosol selain hitam juga merah atau merah kekuningan sebagai penanda tingginya kandungan besi. Selain andosol, tidak ada tanah mineral yang kandungan bahan organiknya di atas 10 persen. Tanah dengan kandungan bahan organik di atas 10 persen biasanya adalah tanah organik yang juga disebut gambut. Luasan andisol hanya 1 persen dari luas permukaan bumi, tetapi andisol mengandung sekitar 5 persen dari stok karbon tanah global Dahlgren et al., 2004. Abu Vulkanik Sejumlah peneliti seperti Prof. Dian Fiantis dari Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, mengungkap lapisan tanah permukaan tanah vulkanik di Sumatera Barat mengandung karbon organik rata-rata 4 persen dan dalam beberapa kasus mencapai 15 persen. Pada tahun 1930-an Mohr, ahli tanah dari Belanda, bahkan mengasosiasikan kepadatan penduduk di tanah Jawa berhubungan erat dengan sebaran tanah andisol. Menurutnya, wilayah terpadat di Pulau Jawa terpusat di area-area tanah subur yang berkembang dari bahan induk abu vulkanik. Di Indonesia, tanah asal abu vulkanik luasannya menapai 31,7-juta hektar atau 17 persen luas daratannya. Letusan gunung berapi menyediakan abu vulkanik dan tefra. Namun, tefra tidak banyak digunakan dan belum diinvestigasi dengan memadai sebagai pembenah tanah untuk mengikat karbon. Hitungan penulis yang diterbitkan di Jurnal Soil Security berjudul Applying Volcanic Ash to Croplands–The Untapped Natural Solution mencatat besaran dan peluang potensi pengurangan CO2 dari bahan vulkanik yang diproduksi setiap tahun di Indonesia. Pada tahun-tahun dengan letusan gunung berapi yang signifikan, pengurangan berikutnya akan mencapai 100-200 juta ton CO2 atau 20-40 persen emisi bahan bakar fosil negara tersebut. CO2 yang ditangkap ketika bahan vulkanik melapuk merupakan bagian dari siklus karbon global yang jumlahnya tergantung penggunaan lahan. Ketika abu vulkanik melapuk, pelapukan kimiawi senyawa yang mengandung kalsium dan magnesium menambat CO2 dari atmosfer. Kation dasar yang melapuk dan bikarbonat yang mengendap dalam tanah disimpan sebagai karbon anorganik atau terlarut. Demikian pula iklim dan vegetasi memengaruhi laju pelapukan termasuk kondisi larutan tanah, pH, dan kondisi redoks. Yang luar biasa, abu vulkanik yang tidak mengandung karbon organik itu secara cepat mampu mengakumulasi karbon. Musababnya, abu yang telah melapuk merupakan mineral amorf dengan luas permukaan yang besar sehingga memungkinkan memerangkap karbon asal vegetasi yang tumbuh maupun mikroba yang hidup. Setelah ditangkap, karbon organik bertahan lama dalam tanah karena dilindungi dari aktivitas mikroba oleh kompleks organometalik. Kompleks tersebut membentuk penghalang fisik dan kimia yang mencegahnya dilepaskan kembali ke atmosfer. Satu eksperimen menunjukkan bahwa abu vulkanik yang baru terendap dapat mengakumulasi karbon organik tanah dengan kecepatan 1,8-2,5 ton CO2 per hektare per tahun melalui pembentukan lumut dan tumbuhan vaskular. Laju ini jauh lebih tinggi daripada sistem manajemen karbon tanah mana pun. Keistimewaan abu vulkanik itu sering terabaikan karena saat ini abu vulkanik sering tererosi sehingga cepat terbawa air hujan lalu masuk ke sistem akuatik seperti sungai, danau, dan samudera. Pada konteks ini, peluang abu vulkanik sebagai bahan pembenah tanah, pemberi nutrisi tanah, serta penangkap karbon tanah hilang karena langsung berpindah ke sungai dan laut yang menyebabkan masalah di perairan yang menjadi beban bagi lingkungan. Di perairan, abu vulkanik tidak dapat melapuk dan menangkap karbon secara efektif. Dengan teknik pengelolaan yang tepat pada lansekap tertentu, memanfaatkan abu vulkanik sebagai pupuk alami, pembenah tanah, dan penangkap karbon jauh lebih murah dibanding usulan lain seperti menambang dan menggiling batuan basal dari luar untuk pupuk dan pembenah tanah. Abu vulkanik tidak perlu digiling, tetapi dapat menyerap jumlah karbon yang signifikan dari atmosfer, serta memasok nutrisi yang berlimpah bagi kesuburan tanah untuk mewujudkan ketahanan tanah soil security dan ketahanan pangan food security. Dengan demikian, abu vulkanik dapat dimasukkan dalam akuntansi karbon dan pengelolaannya dapat menjadi bagian dari strategi pengurangan emisi. Terakhir, jika abu vulkanik tidak digunakan untuk sektor pertanian, maka abu tersebut dapat terbawa oleh sungai atau samudera. Kemampuan mereka menangkap CO2 masih dapat terjadi di perairan dengan tingkat yang lebih rendah, tetapi menjadi tidak menguntungkan untuk memperbaiki kualitas tanah, mendukung ketahanan pangan, serta tidak berkontribusi menjadi bagian sektor pertanian rendah karbon. * Prof. Budiman Minasny, SP, Profesor Ilmu Tanah dan Lingkungan di University of Sydney, Australia dan Dr. Destika Cahyana, SP, Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan Riset, dan Inovasi Pertanian. Editor Achmad Zaenal M COPYRIGHT © ANTARA 2023
ctOBs. zp89d2akz5.pages.dev/333zp89d2akz5.pages.dev/20zp89d2akz5.pages.dev/83zp89d2akz5.pages.dev/309zp89d2akz5.pages.dev/29zp89d2akz5.pages.dev/392zp89d2akz5.pages.dev/323zp89d2akz5.pages.dev/32zp89d2akz5.pages.dev/238
kandungan bahan organik yang melimpah pada tanah ditandai dengan